Fitriani Alif Fajrin
Fitriani Alif Fajrin
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Pengertian dan Karakteristik Bimbingan dan Konseling di SMP

Pengertian dan Karakteristik Bimbingan dan Konseling di SMP




Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP diselenggarakan untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli agar mampu mengaktualisasikan potensi dirinya atau mencapai perkembangan secara optimal. Fasilitasi dimaksudkan sebagai upaya memperlancar proses perkembangan peserta didik/konseli, karena secara kodrati setiap manusia berpotensi tumbuh dan berkembang untuk mencapai kemandirian secara optimal.


Kegiatan layanan dilaksanakan oleh Guru Bimbingan dan Konseling/konselor di SMP secara sistematis, logis, objektif, berkelanjutan dan terprogram. Kegiatan-kegiatan ini untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik SMP dalam mencapai tugas perkembangan kemandirian yang optimal. Kegiatan yang dilaksanakan dalam layanan Bimbingan dan Konseling mengacu pada Capaian Layanan Bimbingan dan Konseling.


Layanan Bimbingan dan Konseling dijabarkan dalam bentuk Capaian Layanan yang dilaksanakan dalam satuan Pendidikan. Melalui Capaian Layanan Bimbingan dan Konseling diharapkan peserta didik di SMP mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencerminkan Profil Pelajar Pancasila seutuhnya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kolaborasi dan sinergitas kerja antara guru Bimbingan dan Konseling/konselor, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah/madrasah, staf administrasi, orang tua, dan pihak lain yang dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta didik/konseli di SMP secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.


Karakteristik Peserta Didik SMP

Karakteristik peserta didik/konseli diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada peserta didik SMP yang bersifat khas dan membedakannya dengan peserta didik/konseli lain pada satuan pendidikan. Karakteristik peserta didik/konseli SMP yang perlu dipahami meliputi aspek fisik, kognisi, sosial, emosi, moral, dan spiritual. 


1. Aspek Fisik 

Fisik peserta didik/konseli SMP tumbuh secara cepat sebagai akibat dari hormon-hormon dan organ tubuh terutama terkait dengan hormon dan organ-organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa ini membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan aspek-aspek lainnya seperti seksualitas, emosionalitas, dan aspek-aspek psikososialnya.


Aspek Fisik


2. Aspek Kognitif 

Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara fundamental dibandingkan dengan masa kanak-kanak yang menyebabkan remaja mampu berpikir abstrak. Akibatnya remaja menjadi kritis sehingga dipersepsi oleh orang dewasa sebagai “pembangkang”, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris, dan menganggap orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja banyak mengalami konflik dengan orang lain, terutama dengan orang dewasa. 


Aspek kognitif


3. Aspek Sosial 

Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi anak-anak, namun belum juga diakui sebagai individu dewasa. Keadaan ini membuat peserta didik SMP (remaja) merasa diperlakukan secara tidak konsisten. Selain itu, remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-kanak, namun merasa keberatan jika dituntut bertanggung jawab penuh sebagaimana orang dewasa pada umumnya. 


Aspek sosial


4. Aspek Emosi 

Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki emosionalitas yang labil. Transisi pada aspek fisik, kognitif, dan sosial menyebabkan emosionalitas remaja mudah berubah-ubah. Perasaan remaja terhadap suatu objek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian jika tidak dipahami dengan baik sangat potensial menimbulkan konflik. 


Aspek emosi


5. Aspek Moral 

Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat pertimbangan tentang baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh dalam melakukan sesuatu. Aspek ini sangat terkait dengan perkembangan kognitif. Karena aspek kognitif remaja berkembang sangat pesat, maka moralitas remaja juga mengalami perubahan cukup mendasar dibandingkan pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan hal-hal yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya telah dihayati dan diyakini benar. 


Aspek Moral


6. Aspek Religius 

Aspek religius berkaitan dengan keyakinan dan pengakuan individu terhadap kekuatan diluar dirinya yang mengatur kehidupan manusia. Pada masa sebelum SMP, peserta didik menerima keyakinan keyakinan tersebut secara dogmatis. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan religiusitas yang sebelumnya telah diyakini dan dipegang teguh. 

Akibatnya, banyak remaja mempersoalkan. kembali keyakinan keagamaan mereka, mengalami penurunan ibadah akibat keraguan atas keyakinan sebelumnya. Di sisi lain, keraguan ini pada beberapa peserta didik SMP mendorong mereka lebih giat mencari informasi dan menguji kembali kebenaran yang mereka yakini.


Aspek Religius


Sumber : Model Bimbingan Konseling SMP

Berbagi

Posting Komentar